Masalah- masalah terus datang menghampiri Miranda. Allah benar-brnar menguji kesabrannya. Miranda harus bisa menghadapi semuanya. Ketika maslah-maslah muncul, datang dua orang teman Miranda dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Yaitu Dina dan Wiwit. Mereka mengajak Miranda tuk tidak memikirkan masalah-masalah itu.
Hari senin tanggal 21 april 2007 Miranda menangis tiba-tiba karena kehilangan seseorang yang selalu menemaninya. Miranda tak tahu mengapa hari itu harus menangis. Tiba-tiba wiwit datang menghampiri Miranda dan bertanya, “Mir, loe kenapa? Ada masalah apa? Lu cerita aja ma gue. Anggap aja gue sebagai sahabat loe.” Miranda terdiam sejenak, “mm.. gue bingung gimana gue ngucapin makasih ke loe. Gue lagi banyak banget masalah. Waktu itu gue abis difitnah sama Fina, terus sekarang gue malah kehilangan orang tersayang gue.”jawab Miranda. Mereka berdua terus berbincang-bincang. Wiwit terus memeberikan saran-saran kepada Miranda. Memang segala sesuatu itu tidak dapat disangka-sangka. Semenjak Miranda meiliki sahabat, Miranda menjadi lebih bahagia dari sebelumnya. Sahabat Miranda selalu menemaninya jikalau ia sedang sedih.
Hari sabtu tanggal 31 may 2007 tiba-tiba Miranda dipanggil oleh kepala sekolah dan guru BP. Miranda terkejut heran.” Ada apa ya tiba-tiba gue dipanggil kepsek ?” kata Miranda dalam hati.
“silahkan duduk mir..” kata bapak kepla sekolah.
“iya pak..” jawab Miranda.
“bapak ingin tanya, sebenarnya kmu punya masalah apa dengan Fina ? Kamu benci sekali dengan Fina ?” tanya guru BP.
“masalah ? tidak pak. Saya sama sekali nggak ngerasa punya masalah sama Fina pak. Saya rasa biasa-biasa saja. Ya memeng dulu saya sempet difitnah sama dy pak. Tapi, itu udah lama banget dan saya sama dia juga dah akur kmbali. Dan saya rasa sekarang dia sudah mau berteman dengan saya lagi” jawab Miranda jujur.
“apakah ada rasa dendam dihati kamu ? dan apa benar kamu membuat geng atau suatu kelompok yang membuat kamu jadi jauh dari temen-temen ? menurut saya lebih baik tidak perlu membentuk seperti tu. ”tanya bapak kepala sekolah.
“dendam sih tidak ada, tapi saya sempat kesal saja. Jujur sama sekali saya tidak pernah membuat geng seperti yang bapak kira. Dan sama sekali saya tidak pernah pilih-pilih teman.”jawab Miranda.
Miranda dan bapak kepala sekolah serta guru BP terus berbincang-bincang membicarakan masalah itu. Sampai akhirnya Miranda menangis lagi.
Sesampainya Miranda di dalam kelas, Fina bertanya “kamu tadi kenapa dipanggil kepsek ?”.
“hmmm..gak tau Fin.. kenapa masalah yang sudah berlalu mesty diulang-ulang lagi. Siapa ya yang ngrang-ngrang cerita ke kepsek ? ampe segitunya ya..” Miranda menjawab dengan nada menyindir. Fina terdiam, dan ia langsung meninggalkan kelas.
Saat ini adalah waktunya jam istirahat pertama, Miranda masih penasaran dengan siapa orang yang mengadukan semua hal-hal itu. Beberapa menit kemudian, ada seseorang yang berkata yaitu Doni, “gue tau siapa yang ngaduin semuanya. Gue ngerasa kalau Maki yang jadi mata-mata dari semu perilaku yang kita lakukuin ke Fina baik buruk maupun tidak.” Doni berkata seperti itu karena ia juga terlibat dan tertuduh juga. Memang, sebenarnya Doni memiliki salah terhadap Fina karena beberapa hari yang lalu ia meludahkan tasnya yang Fina simpan di bis saat pulang sekolah. Dan itu pun Doni sudah meminta maaf kepada Fina dan Fina sendiri sudah memaafkan Doni. Akan tetapi mengapa Fina tetap tidak puas dengan maaf yang Dono berikan. Bahkan ia sampai cerita ke orang tuanya tentang Doni dan Miranda. Miranda langsung curhat ke kedua sahabatnya. “Din, Wit.. gue mesty gimna ? gue bener-bener nggak tahu lagi masty gimana sama mereka semua. Sekarang gue udah dinilai jelek sama mereka. gue jadi serba salah, gue bertiga sama loe salah, gue sendri juga salah. Gue mesty gimana dong ?”tanya Miranda kebingungan. Mereka terdiam, mereka tidak tahu apa yang mesty mereka lakukan kepada Miranda. Beberap ajam kemudian, Miranda dan kedua sahabatnya saling membuang muka. Miranda berfikir, mungkin memang ini yang terbaik agar ia bisa jauh dari fitnaan Fina.
Waktu istirahat kedua tiba, Miranda benar-benar tidak tenang. Ia terus memikirkan masalah itu. Akhirnya Miranda berfikir untuk menyelesaikan semuanya. Miranda langsung mengirim SMS kepada sahabatnya.
“sob..maafin gue ya..gue gak tau mesty ngomong apa sama lu berdua. Gue cuma nggak tau gimna caranya biar kita tetep bias curhat-curhatan lagi, gue nggak mau jauh dari loe berdua. Maaf .. gue sadar, kalou gue ngejauh berarrti gue takut, berarti gue belum dewasa. Gue akan coba tuk ngebuktiin ke mereka kalau gue itu bener. Dan gue nggak pernah nglakuin seperti apa yang mereka bilang. Sekali lagi maafin gue ya.
Repph ^^..”
Tak lama kemudian sahabat Miranda memebalas SMS.
“mm.. iya gue tahu ko’ gimna posisi loe sekarang. Dan loe nggak perlu minta maaf ma kita berdua. Sekarang loe kembali ke kita berdua. Gue nggak mau ngeliat loe sedih lagi. Ok ? STILL SURVIVE inget itu sob.. kita masty bertahan. Kita kan emang nggak bermaksud tuk pilih kasih. Ya nggak ?”
Akhirnya Miranda kembali ke kedua sahabatnya. Mereka kembali tertawa bersama.
Beberap hari kemudian, masalah datang lagi kepada Miranda. Akan tetapi sekarang Miranda dapat menyelesaikna masalh dengan tenang. Karena ia sudah tahu bahwa masalah buakan akhir dri segalanya.
>Hidupkan kedewasaanmu untuk menghadapi masalah-masalah. Anggap masalah besar menjadi kecil. Jangan takut dengan apa yang terjadi pada dirimu. Bertawakallah kepada tuhan yang maha tahu. Dan yakinlah terhadap keyakinan diri sendiri.”
Thursday, November 13, 2008
KEDEWASAAN
Posted by mira at 1:45 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment